Bangunlah,
hai kamu yang tidur dan bangkitlah dari antara orang mati dan Kristus akan
bercahaya atas kamu. (Efesus 5:14)
Jika
ada orang yang kita kenal meninggal dunia, kita dapat dengan tenang mengatakan, "Ya, memang sudah jalannya demikian." Namun, jika
ditanya apakah Anda siap untuk meninggal?
Mulai
timbul keraguan dalam hati. Sebagai orang beriman, tentu kita akan menjawab
kita siap. Bukankah Yesus meminta kita untuk senantiasa berjaga-jaga,
karena Anak Manusia datang pada waktu
yang tidak disangka-sangka?
Masuklah
lebih dalam ke dalam diri, tentu sebagian besar dari kita akan sampai pada
kesimpulan akhir: saya belum siap meninggal. Mengapa
belum siap?
Terutama, karena kita melekati hidup di dunia. Kita senang punya orang-orang yang dicintai dan mencintai kita,
kita punya aneka benda yang bisa dinikmati, pekerjaan dan posisi yang prestisius, hiburan yang berlimpah, dan sebagainya. Maka,
tak heran jika ada orang yang dekat dengan kita meninggal, kita akan
menangisinya. Kita ingat akan sikap dan perilakunya, ingat akan segala kenangan dengannya. Kita melekat padanya.
Karena sikap posesif, kita takut menghadapi kematian. Padahal, kematian tubuh yang fana ini hanyalah kematian daging. Tubuh jasmani kita akan hancur, tetapi roh kita akan tetap hidup, seperti dikatakan Yesus Kristus, "Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna." (Yohanes 6:63)
Dengan berbekal perkataan Yesus Kristus itu, tataplah dalam-dalam kematian. Pahamilah keberadaannya sampai tak tersisa lagi rasa takut. Maka, yang tinggal di dalam lubuk hati kita terdalam adalah Yang Ilahi. Kita akan merasakan persatuan roh yang indah dengan roh Kristus. Kemudian kita menjadi manusia bebas yang hidup tanpa dihantui rasa takut akan kematian.
St. Paulus termasuk orang yang telah memahami kematian jasmani sampai tuntas dan mengalami persatuan roh dengan Yesus Kristus, sehingga ia dapat berkata, "Aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku." (Galatia 2:20)
Hanya ada satu cara untuk dapat memahami kematian jasmani sampai tuntas dan menerima keberadaannya: percaya kepada Yesus Kristus. Percaya penuh bahwa di dalam Dia, kematian jasmani sudah tak ada artinya lagi. "Akulah kebangkitan dan hidup, barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati." (Yohanes 11:25)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar