Sesuatu yang baik belum tentu benar. Contohnya, seorang yang sangat dermawan terus-menerus memberi makan tetangganya yang miskin. Apa yang dilakukan orang itu baik, tetapi tidak benar. Mengapa? Karena perbuatan baik tersebut menciptakan ketergantungan orang miskin itu terhadap tetangganya yang berpunya.
Sebaliknya, sesuatu yang benar tentulah baik. Contohnya, seseorang memberikan pekerjaan kepada tetangganya yang miskin. Perbuatan orang itu benar dan baik, karena ia memberikan "kail" bukan "ikan," sehingga tetangga yang miskin itu menjadi orang mandiri yang dapat menafkahi diri sendiri.
Ketika ada seorang yang bertanya kepadaMu, "Guru yang baik, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?" Engkau menjawab dengan balik bertanya, "Mengapa kaukatakan Aku baik? Tak seorangpun yang baik selain dari pada Allah saja." (Markus 10:17-18)
Standar ukuran "baik" yang Kaupakai sangat tinggi - mengacu kepada Allah Bapa yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar (Matius 5:45), sehingga Engkau yang telah begitu baik di mata manusia pun, menurutMu masih tidak layak disebut "baik."
Dalam mewartakan Injil, Engkau lebih sering menggunakan kata "benar" ketimbang "baik." Seperti perkataanMu ini, "Orang-orang benar akan bercahaya seperti matahari dalam Kerajaan Bapa." (Matius 13:43)
"Benar" berkaitan dengan integritas seseorang terhadap suatu prinsip, keyakinan; sedangkan "baik" lebih mengacu pada sifat yang dimiliki seseorang. Kalau seseorang berbuat baik kepada kita, tentu kita akan sangat berterima kasih kepadanya dan bersedia membelanya.
Tetapi, kalau ada seseorang yang berpegang teguh pada kebenaran yang diyakininya, belum tentu kita bersedia membelanya ketika orang itu menghadapi masalah. St. Paulus telah mengantisipasi hal ini seperti dikatakan dalam Roma 5:7, "Sebab tidak mudah seorang mau mati untuk orang yang benar - tetapi mungkin untuk orang yang baik ada orang yang berani mati."
Dalam Wahyu 19:7-8 dinyatakan:"Marilah kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan memuliakan Dia! Karena
hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya telah siap
sedia. Dan kepadanya dikaruniakan supaya memakai kain lenan halus yang
berkilau-kilauan dan yang putih bersih!" (Lenan halus itu adalah
perbuatan-perbuatan yang benar dari orang-orang kudus.)
St. Yohanes Rasul yang menulis Kitab Wahyu memberi penjelasan dalam tanda kurung tentang apa yang dimaksud dengan lenan halus. Lenan halus adalah perbuatan-perbuatan BENAR, bukan perbuatan-perbuatan baik.
Jika kita ingin menjadi orang-orang yang berpakaian lenan halus pada akhir zaman kelak, hendaklah kita melakukan perbuatan-perbuatan yang benar sesuai dengan Firman Tuhan sebagai pedoman acuan Kebenaran. Seperti ditulis dalam Yohanes 1:17, "Musa memberikan hukum Taurat, tetapi kasih karunia dan kebenaran datang oleh Yesus Kristus."
Dengan tetap tinggal dalam Firman Tuhan Yesus, kita adalah benar-benar murid-Nya dan, "Kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu." (Yohanes 8:32)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar