Tiga malam mencicipi tinggal di biara sebagai tamu, melahirkan refleksi tentang perkawinan. Sejatinya, ada perbedaan antara perkawinan antar-manusia dengan perkawinan antara manusia-Tuhan.
Perkawinan antar-manusia (lelaki-perempuan) disatukan dalam Kristus melalui Sakramen Perkawinan. Ada relasi horisontal antara lelaki-perempuan yang menikah dan ada relasi vertikal antara pasangan yang menikah dengan Kristus.
Perkawinan antara manusia-Tuhan berupa kaul hidup membiara dan Sakramen Imamat merupakan perkawinan antara manusia dengan Kristus. Di sini hanya ada relasi vertikal. Karena itu, perkawinan antara manusia-Tuhan lebih sakral dan membawa konsekuesi lebih besar.
Dua insan yang menikah, masih dimungkinkan - meski tidak diharapkan - membatalkan perkawinan mereka karena alasan-alasan tertentu yang dapat diterima setelah melalui penyelidikan Gereja. Relasi horisontal antara lelaki dan perempuan itu kemudian dapat berakhir, tetapi relasi vertikal masing-masing dengan Kristus tetap terjalin.
Sedangkan perkawinan antara manusia-Tuhan yang dilakukan kaum berjubah (imam, biarawan, dan biarawati) selayaknya bersifat kekal. Bukankah para imam, biarawan, dan biarawati secara sadar - setelah melalui beberapa tahun jenjang pembinaan - telah memilih Kristus yang diimaninya sebagai Mempelai mereka?
Jika kehidupan biara yang telah dijalani bertahun-tahun kemudian dianggap tidak cocok, bagaimana mungkin kaum berjubah itu lantas bisa tetap menjalin relasi vertikal dengan Tuhan yang telah ditolaknya? Apalagi Yesus mengatakan, "Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu." (Yohanes 15:16a)
Ah, aku hanyalah orang awam yang tidak menggeluti langsung kehidupan dalam biara. Aku hanya melihat dari sisi jalinan relasi antara manusia dengan Tuhan. Tetapi aku kagum akan kaum berjubah yang benar-benar mencintai Kristus sepenuh hati dan mewujudnyatakannya melalui karya-karya kasih kepada sesama manusia.
Kepada para imam, biarawan, dan biarawati yang telah memilih Kristus sebagai Mempelai, tetaplah bertahan dalam hidup "perkawinan vertikal" ini. Memang jalannya sempit, sukar, dan tidak populer; tetapi membuahkan banyak rahmat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar