Rabu, 06 Juni 2012

Mencinta menurut CaraMu

Panggilan untuk menjadi lebih dekat padaMu datang pada Paskah 2009. Tetapi aku masih belum terlalu memedulikannya. Kupikir, itu hanya keinginanku yang menggebu-gebu. Awal tahun lalu aku mulai lebih serius terhadapMu. Aku membuat beberapa karya yang kupersembahkan kepadaMu. Namun, aku mencintaiMu menurut keinginanku sendiri. Apa yang aku suka, aku lakukan untukMu. Dan Kau tampaknya senang-senang saja. Aku mencintaiMu sesuai seleraku. Kau melimpahiku dengan berbagai rahmat. Semua berjalan mulus, dunia terasa begitu indah.

Lalu semua mendadak berubah menjelang akhir tahun. Aku tak tahu mengapa Kau menyapaku dengan cara demikian. Imanku yang sebelumnya begitu kokoh, mendadak seperti pilar terguncang gempa dahsyat. Aku mulai meragukanMu, bertanya-tanya apa maksudMu dengan semua ini.

Refleksi panjang selama Adven hingga Pentakosta bersamaMu membuka mata batinku. Engkau mengajariku mencinta menurut caraMu. Berbeda dengan caraku yang menggebu-gebu dan ingin segera terwujud, Kau menuntunku melangkah setapak demi setapak, menuju ke kedalamanMu.

Terkadang aku tak sabar menanti waktuMu. Berapa lama lagi aku harus menunggu? Namun, Kau hanya tersenyum menatapku. KataMu, yang Kau inginkan dariku saat ini adalah ketekunanku, bukan perwujudan instan impianku. Masih panjang jalan yang harus dilalui. Saat ini adalah masa perjuangan, lalu akan tiba nanti masa pelayanan, dan setelahnya akan datang masa pencobaan. Dalam diam yang tekun aku belajar mencinta menurut caraMu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar