IbuMu, sosok perempuan yang sangat sederhana. Ia lebih banyak diam
daripada berbicara. Namun, ia menerima realitas kehidupan dengan berani,
tanpa mengedepankan ego-nya. Tentu Kau bangga memiliki Ibu seperti
dia.
Ketika orangtuaMu membawaMu ke Bait Allah sesuai
adat bangsaMu, Simeon berkata kepada ibuMu bahwa sebilah pedang akan
menusuk hatinya. IbuMu tidak bereaksi dengan mempertanyakan maksud
perkataan itu. Ia hanya diam merenungkannya.
Ketika Kau
berusia dua belas tahun dan tertinggal dalam Bait Allah di Yerusalem,
setelah tiga hari baru ditemukan. IbuMu yang mencemaskanMu menanyakan
mengapa Engkau berbuat demikian? Kau balik bertanya, mengapa mencariMu?
Bukankah Engkau harus berada di rumah BapaMu? Orangtua lazimnya tentu
akan emosi mendengar jawaban seperti itu dari seorang anak yang sudah
menimbulkan kekhawatiran selama tiga hari. Tetapi, ibuMu tidak berkata
apa-apa lagi.
Ketika Kau sedang bersama murid-muridMu
dan ibuMu datang, seorang murid mengatakannya kepadaMu. Kau malah
bertanya, siapakah ibuMu? Lalu, kataMu, ibuMu dan saudara-saudaraMu
adalah orang-orang yang melakukan kehendak BapaMu. Dalam hal ini pun,
ibuMu tidak berkomentar sedikit pun.
Ketika Kau
ditangkap, disiksa, digiring ke Golgota, dan dipaku di kayu salib, ibuMu
setia mengikutiMu di jalan sengsara itu. Ia menjalani dan menyaksikan
semua kepedihan itu dalam diam. Ia pun menerima ragaMu yang tak bernyawa
lagi tanpa kata.
Setelah Kau bangkit dan naik ke
surga, tak diungkap lagi dalam Injil tentang ibuMu, kecuali ia dengan
setia menemani murid-muridMu, berdoa menanti turunnya Roh Kudus.
Dan
jika kucermati lebih jauh, dalam beberapa hal sikapMu pun serupa
dengannya. Yang paling nyata, saat Kau berdoa kepada BapaMu di taman
Getsemani. Kau katakan, jika cawan penderitaan itu tidak dapat berlalu
daripadaMu selain Kau meminumnya, maka jadilah seperti kehendak BapaMu.
IbuMu pun mengatakan yang serupa saat ia menerima kabar dari malaikat
Gabriel bahwa ia akan mengandung dari Roh Kudus. Ia mengatakan, ia
adalah hamba Tuhan, terjadilah kepadanya sesuai dengan kehendak Tuhan.
Meski ibuMu mendapat tugas istimewa menjadi ibu Putera Allah - Allah
yang menjelma menjadi manusia, ia tetap rendah hati. Tak sedikit pun ia
berupaya menonjolkan dirinya. Betapa pun, ia turut berkarya di belakang layar dalam
sejarah penebusan umat manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar