Kamis, 31 Mei 2012

IbuMu

IbuMu, sosok perempuan yang sangat sederhana. Ia lebih banyak diam daripada berbicara. Namun, ia menerima realitas kehidupan dengan berani, tanpa mengedepankan ego-nya. Tentu Kau bangga memiliki Ibu seperti dia. 

Ketika orangtuaMu membawaMu ke Bait Allah sesuai adat bangsaMu, Simeon berkata kepada ibuMu bahwa sebilah pedang akan menusuk hatinya. IbuMu tidak bereaksi dengan mempertanyakan maksud perkataan itu. Ia hanya diam merenungkannya.

Ketika Kau berusia dua belas tahun dan tertinggal dalam Bait Allah di Yerusalem, setelah tiga hari baru ditemukan. IbuMu yang mencemaskanMu menanyakan mengapa Engkau berbuat demikian? Kau balik bertanya, mengapa mencariMu? Bukankah Engkau harus berada di rumah BapaMu? Orangtua lazimnya tentu akan emosi mendengar jawaban seperti itu dari seorang anak yang sudah menimbulkan kekhawatiran selama tiga hari. Tetapi, ibuMu tidak berkata apa-apa lagi.

Ketika Kau sedang bersama murid-muridMu dan ibuMu datang, seorang murid mengatakannya kepadaMu. Kau malah bertanya, siapakah ibuMu? Lalu, kataMu, ibuMu dan saudara-saudaraMu adalah orang-orang yang melakukan kehendak BapaMu. Dalam hal ini pun, ibuMu tidak berkomentar sedikit pun.

Ketika Kau ditangkap, disiksa, digiring ke Golgota, dan dipaku di kayu salib, ibuMu setia mengikutiMu di jalan sengsara itu. Ia menjalani dan menyaksikan semua kepedihan itu dalam diam. Ia pun menerima ragaMu yang tak bernyawa lagi tanpa kata.

Setelah Kau bangkit dan naik ke surga, tak diungkap lagi dalam Injil tentang ibuMu, kecuali ia dengan setia menemani murid-muridMu, berdoa menanti turunnya Roh Kudus.

Dan jika kucermati lebih jauh, dalam beberapa hal sikapMu pun serupa dengannya. Yang paling nyata, saat Kau berdoa kepada BapaMu di taman Getsemani. Kau katakan, jika cawan penderitaan itu tidak dapat berlalu daripadaMu selain Kau meminumnya, maka jadilah seperti kehendak BapaMu. IbuMu pun mengatakan yang serupa saat ia menerima kabar dari malaikat Gabriel bahwa ia akan mengandung dari Roh Kudus. Ia mengatakan, ia adalah hamba Tuhan, terjadilah kepadanya sesuai dengan kehendak Tuhan.

Meski ibuMu mendapat tugas istimewa menjadi ibu Putera Allah - Allah yang menjelma menjadi manusia, ia tetap rendah hati. Tak sedikit pun ia berupaya menonjolkan dirinya. Betapa pun, ia turut berkarya di belakang layar dalam sejarah penebusan umat manusia.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar