Kemarin (7 Juni 2012) aku membaca posting berita, seorang pendeta berusia 44 tahun dari gereja Pentakosta di Amerika Serikat tewas setelah ular berbisa yang biasa dipegangnya saat berkhotbah, menggigit pahanya. Ular itu telah dipelihara bertahun-tahun dan dibawa saat ia memimpin kebaktian di rumah seorang kerabatnya pada 27 Mei, tepat di hari Pentakosta.
Pendeta itu mengikuti jejak ayahnya yang juga pendeta. Mereka menjadikan perkataanMu di dalam Injil Markus 16:17-18 sebagai pegangan: Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi namaKu, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh."
Aku merenungkan kejadian itu. Aku bertanya kepadaMu, apa yang salah? Bukankah pendeta itu menerapkan perkataanMu secara harfiah?
Dengan lembut Kau memintaku mengingat kembali tanggapanMu terhadap pertanyaan orang Saduki yang menjadi bacaan Injil sehari sebelumnya (6 Juni 2012). Saat itu Kau menjawab dengan mengatakan, "Kamu sesat, justru karena kamu tidak mengerti Kitab Suci maupun kuasa Allah." (Markus 12:24).
Pendeta itu pun tidak mengerti makna SabdaMu. Boleh dikata, ia malah menyombongkan diri dengan memamerkan kehebatannya memegang ular berbisa. Ia tidak rendah hati, seperti yang Kau inginkan dari setiap orang yang ingin mengikutiMu sepenuhnya. Dengan sikap unjuk giginya, ia malah merendahkan kuasa Allah.
Semoga kerendahan hati selalu memahkotai tindakan-tindakanku, ya Tuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar