Engkau - Allah yang menjadi Manusia - memilih kandang dan palungan sebagai tempat tinggal pertamaMu di dunia. Engkau - Putra Allah yang mahakaya - malah merendahkan diri, menjadi Anak Manusia yang tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepalaNya (lihat Matius 8:20).
Telah beberapa tahun aku berjalan bersamaMu, aku belum memeluk kemiskinan seperti Engkau. Refleksi di penghujung tahun lalu menyadarkanku. Aku perlu belajar keutamaan ini dariMu. Memiliki semangat hidup miskin bukanlah menjadi orang miskin yang menggantungkan hidupnya pada orang lain. Semangat hidup miskin adalah menganggap uang bukanlah yang utama dalam hidup ini dan kepemilikan benda-benda duniawi tak selalu harus segera dipenuhi.
Semangat hidup miskin di era modern sekarang dapat dihidupkan antara lain dengan memilih diam di rumah daripada pergi ke pusat perbelanjaan; memilih bertekun dalam doa daripada menyaksikan acara televisi, bermain game atau internet; memilih memasak sendiri daripada membeli lauk atau makan di restoran; memilih memanfaatkan secara optimal barang-barang yang sudah dimiliki daripada membeli barang-barang baru. Dengan semangat hidup miskin, pemborosan dan perampasan hak orang lain dapat dicegah.
Mempraktikkan semangat hidup miskin mensyaratkan ketaatan dan kepasrahan penuh kepadaMu. Meneladan semangat hidup miskinMu membuahkan kekayaan di dalam Engkau.
Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga (Matius 5:3)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar