Seorang anak yang mau membuka diri kepada gurunya, setelah ditinggal orangtua atau pengasuhnya di sekolah; anak itu akan lebih cepat beradaptasi dengan lingkungan barunya. Sedangkan anak yang tetap menutup diri, terus menangis dan mengharapkan orangtua atau pengasuhnya kembali mendampinginya, maka anak itu akan sulit masuk ke dalam situasi yang baru.
***
Demikian pula yang terjadi, ketika Yesus memutuskan untuk kembali kepada Bapa di Surga. IA harus pergi, agar para rasul bisa menghadapi situasi sendiri dan belajar menjadi dewasa. Yesus telah menjanjikan akan mengirim Penolong yang lain yang akan menyertai selama-lamanya (lihat Yohanes 14:16).
Para rasul mengimani janji Yesus dan mau membuka diri mereka untuk menerima Penolong yang lain. Dengan dibimbing dan diterangi Roh Kudus, para rasul mampu berkarya menyebarluaskan Injil Kerajaan Allah, membuat bangsa-bangsa mengenal Kristus.
Bagaimana dengan kita? Kita tidak pernah bertemu dengan Yesus dalam wujud manusia. Tetapi, apakah kita bersedia membuka diri terhadap sapaan Roh Kudus dalam sanubari kita? Ataukah kita bersikukuh tidak mau mendengarkan, bahkan merasa tidak pernah mendengar suara lembut Roh Kudus dalam hati kita?
Menjelang Pentakosta, bukalah hati kita. Kenali Yesus lebih dekat, sehingga kita dimampukan untuk mencintaiNya. Setelah mengenal dan mencintaiNya, barulah kita bisa mewartakanNya kepada orang-orang di sekitar kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar