Era Paus
|
Kanonisasi Kaum Religius
|
Kanonisasi Kaum Awam
|
Beatifikasi Kaum Religius
|
Beatifikasi Kaum Awam
|
Paus Yohanes Paulus II (27 thn)
|
480
|
2
|
1.324
|
14
|
Paus Benediktus XVI (8 thn)
|
42
|
3
|
811
|
32
|
Sumber:
dari Buku Sumber Tak Pernah Kering – Catatan Keteladanan
Para Kudus Awam karya Paulus Widyawan Widhiasta, Penerbit Kanisius tahun
2015 - yang dijadikan tabel.
Minggu 17 Mei yang lalu, Paus Fransiskus menganugerahkan gelar "Santa" (kanonisasi) kepada empat biarawati: Santa Mariam Bawardy dan Santa Marie Alphonsine Danil Ghattas - keduanya berasal dari Palestina; serta Santa Jeanne Emilie de Villeneuve dari Perancis dan Santa Maria Cristina Brando dari Italia.
Kembali, kaum berjubah yang dikanonisasi. Mengapa hanya sedikit kaum awam yang layak disebut Santo/Santa dan Beato/Beata?
Kita dapat beralasan, kaum religius memang pantas disebut kudus, karena cara hidup mereka mengarah pada kekudusan. Mengawali setiap hari, mereka bersatu dengan Kristus dalam Sakramen Ekaristi. Mereka memiliki disiplin doa yang ketat - pagi, sore, dan malam hari. Mereka melakukan retret berkala, membaca Kitab Suci dan buku-buku rohani. Mereka mencerminkan Kristus kepada sesama yang mereka layani.
Kaum awam pun dapat berbuat seperti yang dilakukan kaum berjubah!
Awalilah hari dengan hadir dalam Perjamuan Kudus untuk bersatu dengan Kristus. Daraskan doa harian dan doa devosi seperti Rosario, Koronka, Roh Kudus, Jiwa-Jiwa di Api Penyucian, devosi kepada Malaikat Agung dan Orang Kudus tertentu. Bukan untuk terus meminta, melainkan untuk menghormati, bersyukur, serta berdoa bagi orang-orang yang membutuhkannya.
Bacalah renungan harian yang tersedia dalam buku renungan. Berbagai buku renungan harian ditawarkan, pilihlah yang paling sesuai. Pada setiap renungan, tercantum bacaan Kitab Suci untuk hari itu. Dengan demikian, kita pun membaca Alkitab setiap hari. Jika masih ada waktu, kita dapat membaca buku-buku rohani lainnya.
Sebagai pengikut Kristus, setiap kita - baik kaum berjubah maupun kaum awam - diharapkan dapat menjadi "Kristus yang lain" - mencerminkan sifat-sifat Kristus melalui perkataan, sikap, dan perilaku kita sehari-hari. Inilah bukti nyata kita tinggal di dalam Kristus dan Kristus di dalam kita.
Jika kaum awam semuanya menerapkan seperti yang dikemukakan di atas, maka tak ada lagi perbedaan kerohanian antara kaum berjubah dengan kaum awam. Yakinlah, dengan cara ini akan semakin banyak kaum awam yang menjadi orang kudus.
Minggu 17 Mei yang lalu, Paus Fransiskus menganugerahkan gelar "Santa" (kanonisasi) kepada empat biarawati: Santa Mariam Bawardy dan Santa Marie Alphonsine Danil Ghattas - keduanya berasal dari Palestina; serta Santa Jeanne Emilie de Villeneuve dari Perancis dan Santa Maria Cristina Brando dari Italia.
Kembali, kaum berjubah yang dikanonisasi. Mengapa hanya sedikit kaum awam yang layak disebut Santo/Santa dan Beato/Beata?
Kita dapat beralasan, kaum religius memang pantas disebut kudus, karena cara hidup mereka mengarah pada kekudusan. Mengawali setiap hari, mereka bersatu dengan Kristus dalam Sakramen Ekaristi. Mereka memiliki disiplin doa yang ketat - pagi, sore, dan malam hari. Mereka melakukan retret berkala, membaca Kitab Suci dan buku-buku rohani. Mereka mencerminkan Kristus kepada sesama yang mereka layani.
Kaum awam pun dapat berbuat seperti yang dilakukan kaum berjubah!
Awalilah hari dengan hadir dalam Perjamuan Kudus untuk bersatu dengan Kristus. Daraskan doa harian dan doa devosi seperti Rosario, Koronka, Roh Kudus, Jiwa-Jiwa di Api Penyucian, devosi kepada Malaikat Agung dan Orang Kudus tertentu. Bukan untuk terus meminta, melainkan untuk menghormati, bersyukur, serta berdoa bagi orang-orang yang membutuhkannya.
Bacalah renungan harian yang tersedia dalam buku renungan. Berbagai buku renungan harian ditawarkan, pilihlah yang paling sesuai. Pada setiap renungan, tercantum bacaan Kitab Suci untuk hari itu. Dengan demikian, kita pun membaca Alkitab setiap hari. Jika masih ada waktu, kita dapat membaca buku-buku rohani lainnya.
Sebagai pengikut Kristus, setiap kita - baik kaum berjubah maupun kaum awam - diharapkan dapat menjadi "Kristus yang lain" - mencerminkan sifat-sifat Kristus melalui perkataan, sikap, dan perilaku kita sehari-hari. Inilah bukti nyata kita tinggal di dalam Kristus dan Kristus di dalam kita.
Jika kaum awam semuanya menerapkan seperti yang dikemukakan di atas, maka tak ada lagi perbedaan kerohanian antara kaum berjubah dengan kaum awam. Yakinlah, dengan cara ini akan semakin banyak kaum awam yang menjadi orang kudus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar