Minggu, 23 November 2014

Menukar Allah dengan Alam

Belakangan ini, sebagian orang lebih memilih memakai kata "alam" daripada kata "Allah" untuk menggambarkan Kemahakuasaan. Beberapa contoh: alam menganugerahkan warna-warni yang luar biasa, alam mendatangkan apa yang terbaik untuk kita pada saatnya, alam memberikan pelajaran yang berharga.

Mungkin penggunaan kata "alam" dipandang lebih netral dan dapat diterima semua kalangan, ketimbang kata "Allah" yang terkesan membatasi pemahaman dan merujuk pada agama-agama monoteisme.

Mungkin pula pada zaman di mana penduduk dunia penat akan hiruk-pikuk duniawi dan meditasi menjadi semacam oasis yang melegakan batin - bersamaan dengan itu masuklah pengaruh Buddhisme yang menekankan pada sistem hubungan kausal yang mendasari alam semesta sebagai tatanan alam dan sumber pencerahan. Menurut ajaran Buddha, manusia harus mempelajari alam untuk mencapai kebijaksanaan pribadi. (sumber: Wikipedia)

Namun, sebagai pengikut Kristus hendaklah kita jangan terkecoh. Siapakah yang sebenarnya memberikan segala sesuatu untuk kita? Siapa yang lebih berkuasa: Allah yang menciptakan alam semesta atau alam itu sendiri?

Hari ini ada sebuah perhelatan besar di tempat terbuka. Seperti lazimnya acara-acara penting, panitia merasa tenang karena telah menyewa pawang hujan. Tetapi, langit berangsur mendung pekat dan hujan cukup deras tercurah di tengah hari. Pawang hujan tak sepenuhnya mampu mengendalikan alam yang ada di bawah kuasa Sang Pencipta.

Perayaan Kristus Raja Alam Semesta meneguhkan keyakinan: manusia hanyalah bagian kecil dari alam semesta yang sangat luas. Dan alam semesta ini bukan penguasa sebenarnya, karena ia pun diciptakan oleh Allah Yang Mahakuasa. Janganlah kita menukar Allah dengan alam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar