Dalam
menjalin relasi dengan Tuhan, kepercayaan merupakan pintu gerbang menuju
kepada iman. Beberapa contoh betapa Yesus mengutamakan kepercayaan manusia antara lain:
- Kepada para murid ketika angin ribut melanda perahu mereka: "Mengapa kamu takut, kamu yang kurang percaya?" (Matius 8:26)
- Kepada Petrus setelah sesaat berjalan di atas air dan menjadi takut: "Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?" (Matius 14:31)
- Perumpamaan tentang talenta (Matius 25:14-30) mengungkapkan dengan jelas kepercayaan seorang tuan kepada hamba-hambanya untuk mengembangkan talenta yang diberikannya.
Tanpa
kepercayaan tidak akan terjadi mukjizat, seperti yang terjadi saat Yesus kembali ke kampung halamannya, Nazaret. Di tempat ini Ia tidak melakukan banyak mukjizat karena orang-orang sekampungnya tidak percaya. (bdk. Matius 13:58)
Namun,
kepercayaan masih memiliki keterbatasan indrawi. Karena melihat, mendengar,
atau terutama karena mengalami sendiri secara langsung, maka seseorang percaya. Yesus menarik manusia lebih jauh ke dalam
relasi adikodrati melalui iman. Setelah menyembuhkan orang-orang sakit, Yesus biasa mengatakan, "Imanmu telah menyelamatkan engkau."
Para murid bertanya kepada Yesus, mengapa mereka tidak berhasil mengusir setan dari seorang anak yang sakit ayan? Jawab Yesus, "Karena kamu kurang percaya. Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana." (Matius 17:20)
Jika saat ini Yesus bertanya kepada kita masing-masing, “Percayakah engkau,
bahwa Aku dapat melakukannya?” Semoga kita pun dapat menanggapiNya seperti dua orang buta yang dengan mantap menjawab, "Ya Tuhan, kami percaya."
Dan Yesus pun akan senang mendengar tanggapan kita, lalu berkata, "Jadilah kepadamu menurut imanmu." (bdk. Matius 9:28-29)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar