Jika orang ingin mengetahui dengan pasti jalan yang ditempuhnya, ia harus menutup matanya dan berjalan dalam gelap.(St. Yohanes dari Salib 1842-1891)
Kutipan itu menjadi peganganku saat berjalan bersamaMu. Sungguh, aku tidak tahu ke mana Engkau akan membawaku. Berjalan dalam gelap bermakna melepaskan segala sesuatu dan menyerahkan diri sepenuhnya kepadaMu dalam iman.
St. Yohanes dari Salib yang dirayakan oleh Gereja pada hari ini adalah salah satu dari lima mentor spiritualku. Aku telah memiliki buku karyanya, Mendaki Gunung Karmel, April tahun lalu. Tetapi aku belum tergerak membacanya, sampai suara Roh Kudus dalam hati memintaku membuka buku itu, ketika aku berada di tengah padang gurun spiritual pada Juli silam.
Dari Mendaki Gunung Karmel aku memahami malam gelap yang kualami, sampai pada Nyala Cinta yang Hidup. Aku bersyukur kepadaMu yang telah mengutus St.Yohanes dari Salib sebagai salah satu mentor spiritualku. Keempat mentor spiritualku yang lain ialah St. Fransiskus Assisi, St. Teresa Avila, St. Pio dari Pietrelcina, dan Beato Yohanes Paulus II.
Di atas kelima mentor spiritualku adalah Roh Kudus yang menjadi penggerak semuanya. Setiap kali setelah mengalami kejadian yang tidak lazim, Roh Kudus membisikkan padaku untuk mengambil buku tertentu dari salah satu mentor spiritualku. Dari situlah aku dapat memahami makna di balik kejadian-kejadian tersebut melalui pengalaman-pengalaman spiritual yang mereka alami.
Terima kasih kepadaMu, Allah Tritunggal, yang telah menghimpun banyak orang kudus di sekelilingMu. Akal budiku yang terbatas tak akan mampu memahami seluruhnya misteriMu, namun dari berbagai pengalaman para kudus, aku dapat sedikit menguaknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar