Persatuan roh denganMu mematikan ego, tetapi tidak melenyapkan pribadi. Keegoisan memudar sampai habis sama sekali, sedangkan pribadi tumbuh memiliki jati diri yang kokoh.
Romo Yohanes Indrakusuma, O. Carm, menjelaskan tentang hal ini dalam buku Dalam Keheningan Dasar Samudera Ilahi - Menjelajahi Puri Batin Teresa Avila hal. 99-101:
"Memiliki ego berarti orang berdiri di atas kaki sendiri. Ia melakukan apa yang dikehendakinya. Yang dikehendaki ini sering kali bersifat otonom - tidak bergantung pada yang lain. Sedangkan kematian ego berarti orang sudah lepas dari kehidupan yang semaunya sendiri. Allah akan membawa orang itu ke tempat yang tidak dikehendaki, sebab kehendak orang itu sudah diserahkan seluruhnya kepada Allah.
Bukan berarti orang itu lalu menjadi sebuah mesin otomtatik, melainkan ia menjadi pribadi yang utuh - pribadi yang di dalamnya Tuhan dapat menggema. Di sinilah orang mencapai kemungkinan-kemungkinan paling tinggi dan kebebasannya yang paling besar.
Pribadi yang sejati (manusia baru) muncul secara bebas. Manusia tidak lebur dalam Allah, tetapi dia tetap memiliki pribadi - yang kini seluruhnya dikuasai dan terarah kepada Allah. Oleh sebab itu dia tetap memuji dan menyembah Allah. Seluruh pikirannya hanya untuk memuliakan Tuhan, sehingga dia tidak berpikir lagi bahwa baginya ada surga, kehidupan, atau kemuliaan. Dia sudah tidak mau apa-apa lagi, kecuali bila hal itu dapat menambah kemuliaan dan kehormatan Allah."
Pemahaman ini penting dan mendasar, karena dalam tradisi mistik non-Kristen dikatakan,
persatuan dengan Yang Kudus menyebabkan diri lenyap sama sekali. Bahkan
di tahap selanjutnya diri dan Yang Kudus bersama-sama lenyap menjadi
Yang Tak Dikenal.
Allah tetap selamanya adalah Allah, Ia tak mungkin lenyap menjadi Yang Tak Dikenal. Sedangkan manusia tetap selamanya adalah manusia - ciptaan Allah.
Ketika bertemu dengan seorang perempuan Samaria di dekat sumur Yakub, Engkau mengatakan kepada perempuan itu, "Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal, kami menyembah apa yang kami kenal." (Yohanes 4:22)
Di tengah hembusan rupa-rupa angin pengajaran saat ini, hendaknya kita mencermati setiap pengajaran. Yang bagus belum tentu benar. Yang benar mungkin dari luar kelihatan tidak bagus/menarik karena dianggap sudah usang. St. Paulus mengingatkan, agar kita tidak seperti anak kecil yang mudah diombang-ambingkan (Efesus 4:14).
"Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa
penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran;
sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian," kataMu masih kepada perempuan Samaria itu (Yohanes 4:23).
Ya, Tuhan Yesus, jadikanlah kami penyembah-penyembah benar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar