Ketika berlibur ke Yogya sembilan tahun silam, aku tertarik membeli patung Bayi Yesus di palungan. Aku memesannya untuk dikirim ke kota tempat kami tinggal, bersama beberapa benda rohani lainnya.
Betapa terkejutku, ketika kiriman itu tiba. Patung Bayi Yesus yang kuterima tidak berwajah manis seperti yang kulihat di toko. Ada 'kelainan' pada mata patung itu. Serta-merta aku berniat mengajukan komplain dan mengirim balik patung tersebut. Minta ditukar.
Putriku mencegahku. Katanya, ia suka dengan patung itu apa adanya. Tidak perlu dikembalikan ke toko.
Setiap menjelang Natal, saat aku mengeluarkan Bayi Yesus dari penyimpanan, aku teringat kisah yang melatarbelakangi keberadaan patung ini di rumah kami.
Bayi Yesus yang mungil, maafkan aku yang menolak kehadiran-Mu. Aku cenderung menerima yang bagus, yang indah, yang menawan. Aku tidak mau melihat yang tidak bagus, tidak indah, dan tidak menawan mata.
Bayi Yesus yang manis, aku mau belajar menerima Engkau apa adanya di dalam diri orang-orang di sekitarku yang tidak selalu bagus, tidak selalu indah, dan tidak selalu menawan.
Selamat Natal!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar