Dalam tiga bulan terakhir ini, dunia porak-poranda lantaran pandemi virus Covid-19. Pada minggu ini, ada negara-negara di Eropa yang melakukan lockdown hingga akhir Maret, agar virus itu tidak makin menyebar di antara masyarakat. Salah satu konsekuensi yang timbul dari lockdown ialah tidak diperkenankannya masyarakat berkumpul secara massal, termasuk menghadiri Perayaan Ekaristi.
Di satu sisi, kenyataan tersebut sangat menyedihkan. Di saat umat membutuhkan peneguhan iman dalam menghadapi wabah penyakit ini, Gereja tidak dapat hadir. Namun, cobalah memandangnya dari sisi lain.
Saat ini kita berada dalam masa Prapaskah - masa pertobatan. Masih ada 3 minggu lagi sebelum memasuki Pekan Suci. Kita dapat sungguh-sungguh memanfaatkan waktu mengurung diri di rumah ini untuk berada di padang gurun bersama Kristus. Dalam kesepian, dalam kesendirian, dalam kegersangan, dalam ketakutan, dalam ketidakberdayaan, dalam kesengsaraan.
Inilah malam gelap yang harus dilalui manusia untuk dapat sampai kepada Kristus, seperti diajarkan Santo Yohanes Salib. Malam gelap bagi jiwa, yang sebenarnya adalah kehadiran Kristus di dekat kita, namun karena ditutupi dosa-dosa sehingga kita belum dapat melihat kehadiran-Nya.
Jika kita bertekun melewati malam gelap indrawi dan rohani, sebagai pemurnian diri, akhirnya kita akan sampai pada persatuan dengan Kristus. Perjalanan panjang bagi jiwa yang rindu bersatu dengan-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar