Jumat, 17 Maret 2017

Duka ke-3: Bunda Maria Mencari Yesus di Kenisah

Salah satu tradisi dalam Gereja Katolik ialah merenungkan Tujuh (Sapta) Duka Bunda Maria. Setiap Jumat dalam Masa Prapaskah tahun ini akan dipaparkan Duka Bunda Maria yang dikaitkan dengan duka manusia modern. Duka Bunda Maria adalah duka umat manusia. Tulisan ini merupakan refleksi pribadi. 

******* 

Duka Ketiga: Bunda Maria Mencari Yesus di Kenisah

...... Karena mereka menyangka bahwa Ia ada di antara orang-orang seperjalanan mereka, berjalanlah mereka sehari perjalanan jauhnya, lalu mencari Dia di antara kaum keluarga dan kenalan mereka. Karena mereka tidak menemukan Dia, kembalilah mereka ke Yerusalem sambil terus mencari Dia. Sesudah tiga hari, mereka menemukan Dia dalam Bait Allah; Ia sedang duduk di tengah-tengah alim ulama, sambil mendengarkan mereka dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada mereka. (Lukas 2:44-46)


***

Adakah hal yang lebih mencemaskan daripada kehilangan anak ketika sedang bepergian? Bukan hanya sesaat atau beberapa jam, melainkan tiga hari kemudian, barulah Bunda Maria dapat menemukan Anaknya.

Tiga hari dirundung kecemasan hebat. Tak tahu apa yang terjadi pada Putra tunggal yang berusia 12 tahun. Bunda Maria dengan diam merenungkan arti peristiwa ini. 

Dalam perjalanan pencarian itu, tentu timbul pergumulan dalam batin. Di satu sisi Bunda Maria sangat berharap dapat segera menemukan Yesus, Buah Hatinya yang telah diasuhnya selama lebih dari sepuluh tahun. Kedekatan ikatan antara ibu dan anak. Sementara di sisi lain, Bunda Maria pun tahu, jika Allah berkehendak mengambil PutraNya kembali dengan cara tak terduga, ia tak dapat berbuat apa-apa.

***

Ketika sesuatu yang berharga tiba-tiba hilang dari kehidupan kita, dapatkah kita melihatnya sebagai bagian dari rencana besar Tuhan? Tentu kita pun mengalami pergumulan batin. Kita masih ingin menikmati sesuatu yang berharga itu entah pasangan hidup, anak, saudara, sahabat, karier, atau barang penting, dan sebagainya. 

Kita berharap disertai kecemasan, akankah terjadi mukjizat yang dapat mengembalikan sesuatu yang berharga itu? Di sisi lain, kita pun menyadari kita tak dapat mengelak dari misteri kehendak Tuhan. Dari pengalaman duka Bunda Maria ini, kita belajar untuk berharap dalam kepasrahan, tanpa menyalahkan Tuhan dan orang-orang yang terkait dalam peristiwa kehilangan yang kita alami. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar