Ibu berusia 71 tahun itu biasa berjalan kaki sambil mendaraskan doa Rosario di tengah kegelapan pagi, menempuh jarak sekitar 1,5 km untuk menghadiri misa pagi. Ia mengaku sudah menjalani rutinitas ini selama 19 tahun, sejak suaminya wafat.
Namun, kemarin subuh sesuatu yang tak lazim terjadi. Di tengah jalan yang sunyi dan gelap, ia didekati dua pemuda yang mengendarai sepeda motor. Pemuda yang dibonceng berupaya keras menarik tas tangan si ibu yang disandang di bahu kirinya. Keruan saja tubuh si ibu terputar, lalu terjatuh membentur aspal jalan.
Motor segera berlalu, tanpa berhasil meraih tas yang berisi buku Puji Syukur dan Ruah serta uang kurang dari Rp 30 ribu; meninggalkan ibu sepuh yang tergeletak di tepi jalan. "Saya tidak bisa melihat apa-apa. Gelap. Saya berusaha bangun sambil menyebut nama Yesus... Yesus... tolong..." Setelah penglihatannya berangsur pulih, ibu ini merangkak. Darah bersimbah di kepala dan tangan kanannya.
Seorang pengemudi motor lewat, menolong si ibu berdiri. Lalu muncul seorang bapak yang telah jalan pagi. Ia menghantar ibu ini pulang ke rumah dengan naik bajaj. Segera anak dan menantunya membawa si ibu ke rumah sakit.
Ketika menengoknya tadi pagi, si ibu menuturkan pengalaman dengan suara nyaring dan wajah berhias senyum. Padahal, kami prihatin melihat kondisi fisiknya - mata kanan sembap hanya 1/4 terbuka, kepala kiri sedikit digundul dan ditutup plester karena luka cukup dalam tetapi tidak perlu dijahit, tangan kanan dari lengan hingga ke jari berhias luka-luka parut akibat tergores aspal jalan.
"Tidak ada yang sakit," ujar si ibu dengan mantap. Bagaimana bisa luka-luka di kepala, wajah, dan tangan kanan tidak menimbulkan rasa sakit?
Kejadian yang dialami ibu itu membawa pada perenungan tentang jalan salib dan penderitaan. Si ibu tidak mengalami rasa sakit karena ia menyerukan nama Yesus. Ia setia mengikuti Perayaan Ekaristi dan mendaraskan Rosario. Kekuatan Ilahi menaunginya, mengalahkan kesakitan jasmaniah.
Demikian pula, kekuatan Ilahi yang besar melingkupi para martir dan orang-orang kudus yang memiliki relasi erat dengan Allah Tritunggal dan Bunda Maria, sehingga mereka dapat menanggung penderitaan fisik tanpa rasa sakit. Tentu saja, kekuatan Ilahi dari Allah Bapa tinggal bersama Yesus Sang Putra, saat Ia menapaki jalan salib hingga wafat di Golgota; sehingga Ia dapat menyelesaikan jalan sengsara dan berkata dari atas kayu salib, "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." (Lukas 23:34)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar