Senin, 02 Mei 2016

Diselingkuhi

Ada dua kabar perceraian yang kuterima belakangan ini dari teman-temanku. Pertama, seorang ibu muda dengan tiga anak usia 2-7 tahun, lebih memilih berpisah dengan pria yang dinikahinya secara Katolik, daripada hampir setiap hari rumah tangganya diwarnai pertengkaran sengit. Kedua, seorang ibu yang telah menikah 25 tahun pun memilih jalan sendiri-sendiri, ketimbang memaafkan suaminya.

Meski kedua pasangan berbeda kota dan tak saling kenal, sang istri mengalami perlakuan yang sama dari suami masing-masing: diselingkuhi.

Yang sering terjadi, pihak yang diselingkuhi (istri) merasa sebagai pihak yang kalah, harga diri direndahkan dan tidak lagi dicintai, karena itu patut menuntut balas dengan perceraian. Padahal, jika kita berpikir jernih, pihak yang diselingkuhi adalah pihak yang menang. Mengapa demikian? Menang karena selama ini berhasil menjaga kesetiaan dalam pernikahan.

Namun, seperti kata pepatah: sekali lancung ke ujian, seumur hidup tidak dapat dipercaya. Agaknya itulah yang diterapkan para istri dalam berelasi dengan pasangan hidup. Mereka lupa akan firman Tuhan untuk mengasihi sesama bahkan musuh dan mengampuni orang yang bersalah tanpa batas (70 kali 7 kali).

Kenyataan tersebut bertolak belakang dengan pesan "terakhir" yang diberikan Tuhan Yesus dan digemakan dalam Injil menjelang KenaikanNya ke Surga. Dalam amanat perpisahanNya, Tuhan Yesus kerap menekankan dua hal, yaitu menaati perintah (firman) Tuhan dan saling mengasihi - lihat Yohanes 15:7-12.

Menaati firmanNya antara lain berarti mau mengampuni orang yang bersalah dan tetap mengasihi, seperti telah diteladankan Yesus. Tiga kali Petrus mengkhianatiNya, tetapi Yesus mengampuninya dan tetap mengasihi dengan meminta Petrus menggembalakan domba-dombaNya - lihat Yohanes 21:15-17.

Jika pernikahan Anda di ambang kehancuran karena Anda diselingkuhi, janganlah mengambil keputusan segera untuk bercerai saat emosi Anda tinggi dan kacau. Ingatlah, Anda bukan pihak yang kalah. Anda adalah pemenang dalam hal kesetiaan berumah tangga. Inilah ujian iman Anda: apakah Anda akan menaati firman Tuhan dengan mengampuni pasangan hidup Anda dan tetap mengasihinya? Jika Anda menjawab "ya" untuk pertanyaan ini, berarti Anda benar-benar pemenang sejati di mata Tuhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar