Jumat, 19 Februari 2016

Memberi Nasihat = Menghakimi?

Sekarang banyak orang tak berani mengatakan Kebenaran dengan alasan yang tampaknya mulia - mengutip perkataan Yesus ketika orang-orang Yahudi hendak melempari batu ke seorang wanita yang kedapatan berbuat zinah, "Kita semua orang berdosa, kita tidak berhak menghakimi."

Di satu sisi pernyataan itu benar, kita semua memang orang berdosa. Tetapi di sisi lain kita punya tanggung jawab untuk mengajar dan memberi nasihat (lihat Katekismus Gereja Katolik 2447). Menegur orang yang berbuat salah bukanlah menghakimi, melainkan justru mengingatkan orang tersebut akan kekeliruan yang mungkin tidak disadari sebelumnya.

Yesus tidak menghukum perempuan pendosa tersebut dengan hukuman fisik. Namun setelah orang-orang Yahudi pergi, Yesus memberi nasihat kepada perempuan itu, "Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang" (Yohanes 8:11).

Orang-orang masa kini mencari yang termudah dan terenak bagi diri sendiri. Tak perlu ikut campur urusan orang lain karena kita menghormati hak asasi manusia. Tak perlu menegur orang yang berbuat salah karena kita pun ada salahnya. Nanti kita malah dicap sok suci.

Padahal, tidak menyuarakaan Kebenaran sama dengan melakukan pembiaran. Lama kelamaan penyimpangan dan kejahatan merajalela, karena tak ada lagi orang yang berani menyatakan Kebenaran. Belajarlah pada Yesus. Jangan hanya mengadopsi sepenggal perkataanNya untuk membenarkan sikap dan tindakan keliru kita. Yesus memang tidak menghakimi, tetapi memberi nasihat jitu kepada orang-orang yang keluar dari rel Kebenaran.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar