Kamis, 12 Februari 2015

Selalu Benar

Salah satu dongeng karya Hans Christian Andersen yang melekat sampai sekarang di benakku adalah cerita "Ayah Selalu Benar" yang bertutur tentang pengalaman sepasang suami-istri petani. Suatu hari sang suami pergi ke pasar untuk menjual sapinya. Dalam perjalanan ia bertemu kawannya yang mau menjual kambing. Lalu, ia menukar sapi miliknya dengan kambing. Begitu ia terus menukar perolehannya, sampai di akhir hari ia membawa pulang sekarung apel busuk.

Teman-temannya bertaruh, ia bakal kena marah istrinya lantaran membawa pulang sekarung apel busuk, ganti sapi besar miliknya semula. Tetapi sang suami dengan yakin mengatakan, istrinya akan menerima semua keputusannya.

Setiba di rumah, sang suami menceritakan seluruh pengalamannya hari itu. Mulai dari sapi yang ditukar dengan kambing, lalu kambing ditukar dengan ayam, sampai akhirnya ia mendapat sekarung apel busuk.

Istrinya memandang tindakan suaminya selalu benar. Sang istri memuji setiap keputusan suaminya untuk menukar miliknya dengan benda lain. Bahkan  ketika akhirnya ia diberitahu mendapat sekarung apel busuk sebagai pengganti sapinya, sang istri langsung memeluk suaminya dengan gembira. Ia akan menanam apel-apel yang busuk itu, agar nanti dapat memanen apel dari kebun mereka. Selain mendapat pujian dan rasa puas dari istrinya, sang suami pun memenangi taruhan dengan teman-temannya.

Dapatkah kita memandang semua yang dilakukan Allah Bapa terhadap kita adalah selalu benar? Seperti istri petani dalam kisah di atas, yang percaya penuh kepada sang suami dan melihat segala peristiwa dari sudut pandang positif?

Kepahitan dalam kehidupan yang kita alami seperti kematian seorang yang dikasihi, keinginan kita yang diungkapkan lewat doa dan tidak dikabulkan Tuhan, dapat membuat orang kecewa kepada Tuhan dan meninggalkanNya.

Di sekeliling kita, ada orang-orang yang kehilangan iman mereka karena berbagai pencobaan. "Berbahagialah orang yang tidak menjadi kecewa dan menolak Aku," ujar Yesus kepada murid-murid Yohanes Pembaptis dalam Matius 11:6. 

Dengan iman dan cinta yang kita miliki, kita akan sanggup bertahan dalam pencobaan dan tetap dapat melihat kebaikanNya di balik setiap penderitaan yang kita alami. Yakinlah, apa yang dilakukanNya adalah yang terbaik, karena Ia adalah Ayah yang Selalu Benar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar