Sabtu, 19 Juli 2014

Pelajaran dari Selembar Uang

Kemarin sore aku naik angkutan umum. Aku menyodorkan selembar uang Rp 20.000 yang masih mulus. Di antara uang kembalian yang diberikan sopir, ada selembar uang Rp 1.000 yang kehitaman, dekil, robek di beberapa tepinya, serta semplak di ujung kiri atasnya.

Aku sangat kecewa. Aku menggerutu. Mengapa aku telah berbaik hati memberikan sopir itu uang yang bagus, tetapi ia mengembalikan dengan uang yang butut?

Aku begitu kesal dengan uang lusuh itu, sampai aku menyelipkannya di pagar stasiun kereta, membiarkan orang lain menemukan dan mengambilnya.

Dalam perjalanan di kereta, aku merenungkan kejadian tersebut. Apa yang Tuhan ingin ajarkan kepadaku lewat peristiwa yang tidak menyenangkan itu?

Aku diingatkan kembali akan sebuah renungan harian yang aku baca dalam buku God Calling. Tuhan sedang membentuk karakter pribadiku. Aku hendaknya belajar untuk tidak mengharapkan ucapan terima kasih, penghargaan, dan kebaikan dari orang lain setelah aku melakukan suatu perbuatan baik.

Lewat pengalaman tersebut, aku diajarNya untuk rendah hati dan berdoa bagi orang yang telah melakukan perbuatan tidak menyenangkan ini. "Yang Kukehendaki adalah belas kasih, bukan persembahan," kataMu dalam Matius 18:7.

Setelah mendapat pemahaman itu, aku malah menyesal telah membuang uang lusuh tersebut. Seandainya uang itu masih ada padaku, aku akan membingkainya dan memajangnya sebagai pengingat - selalu rendah hati serta tidak mengharapkan ucapan terima kasih, penghargaan, dan kebaikan dari orang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar