Sewaktu remaja, ia berkisah, sebagai putra altar ia bisa setiap hari mengikuti Perayaan Ekaristi di Gereja. Ia begitu percaya akan isi Kitab Suci. Kini di usianya yang ke-70 tahun, imannya menguap. Ia meragukan isi Kitab Suci, bahkan keberadaan Tuhan.
Baginya, bukti-bukti temuan ilmu pengetahuan menjadi kebenaran yang sahih, bukan isi Kitab Suci yang bagaikan cerita rekaan. Katanya, sekarang ia beriman secara rasional. Ia hanya sesekali ke Gereja, agama tidak lebih sebagai sarana untuk menenteramkan hati.
Apa yang dapat kukatakan kepada orang-orang seperti itu, yang bersikukuh dengan apa yang mereka anggap sebagai kebenaran? Mata hati mereka tak lagi dapat memandangMu, telinga mereka tak lagi mampu mendengar bisikanMu. Pemaparanku tentang Engkau sama sekali tidak digubris. Semoga di penghujung hidup mereka kelak, mata hati mereka kembali
terang, dan telinga mereka kembali dapat mendengar bisikan lembutMu.
Melintas dalam benakku, perkataanMu yang meneguhkan, "Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil." (Matius 11:25)
Dalam pandanganMu, orang bijak dan orang pandai yang mengagungkan ilmu pengetahuan malah Kau anggap bukan apa-apa. Engkau justru memberitahu rahasia KerajaanMu kepada orang-orang kecil yang membuka hati seluas-luasnya kepadaMu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar