Jumat, 17 Agustus 2012

Menguji Kesabaran

Menurut pemeriksaan dokter dan hasil cek darah di laboratorium, anak itu didiagnosis menderita sakit gejala typhus. Sebagai bagian dari upaya pemulihan terhadap usus halus yang luka, dokter melarang pasiennya itu makan makanan yang asam dan pedas serta berolahraga selama sebulan. Rambu-rambu yang diberikan sudah jelas. Namun, begitu mulai pulih kesehatannya, si anak merengek ingin memakan sambal dan berkeliling kompleks permukiman dengan sepedanya.

Awalnya sang bunda menjawab dengan lembut, membujuk anaknya agar menaati saran dokter. Namun, si anak setiap hari mengulangi permintaan yang sama. "Ayolah... jangan menguji kesabaran ibu. Kamu sudah tahu dari dokter apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan," kata sang bunda dengan tegas.

Sebagai makhluk ciptaan Tuhan, kita pun tak jarang menguji kesabaranNya. Kita sudah tahu rambu-rambu kehidupan yang telah ditetapkan lewat firmanNya. Tetapi, kita sering bertindak seperti anak yang sakit itu. Kita bertanya dan menawar kepada Tuhan, bolehkah kita melakukan sesuatu yang jelas-jelas bertentangan dengan firmanNya.

Sekali, dua kali, Tuhan bersabar membiarkan kita melakukan apa yang kita ingini, tanpa memerhatikan kehendakNya. Namun, lama-kelamaan bukan tidak mungkin Tuhan akan melontarkan kalimat serupa dengan ibu dari anak yang sakit itu: "Ayolah... jangan menguji kesabaranKu...."

Alangkah damainya bila kita dapat mengucap seperti nabi Daud, "Berbahagialah orang-orang yang memegang peringatan-peringatanNya, yang mencari Dia dengan segenap hati, yang juga tidak melakukan kejahatan, tetapi yang hidup menurut jalan-jalan yang ditunjukkanNya. (Mazmur 119:2-3)

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar