Rabu, 08 Agustus 2012

MendekatiMu

Aku akan membuat dia maju dan mendekat kepada-Ku, sebab siapakah yang berani mempertaruhkan nyawanya untuk mendekat kepada-Ku? (Yeremia 30:21b)

Untuk mendekatiMu perlu keberanian besar, kesediaan berkorban sampai mempertaruhkan nyawa. Ketika seseorang sudah memiliki keberanian mendekatiMu, bukan berarti ia lantas menikmati kesenangan, segala keinginan dan harapannya terpenuhi. Lihat saja pengalaman St. Petrus.

Tatkala melihatMu berjalan di atas air, St. Petrus ingin menghampiriMu. Engkau mempersilakannya datang. Ia turun dari perahu dan mendekatiMu. Awalnya ia mengalami kesenangan, merasa hebat bisa berjalan di atas air. Tetapi, ketika waktu berjalan dan ia semakin dekat kepadaMu, justru saat itulah ia mengalami kegoncangan. Tiba-tiba ia merasa sendirian di tengah gelombang badai. Ia berseru memohon pertolonganMu. Engkau menolongnya dan berkata, "Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?" (Matius 14:31)

Mempertaruhkan nyawa untuk mendekatiMu, bukan berarti harfiah: berani mati sebagai martir. MendekatiMu secara rohaniah pun membutuhkan keberanian mempertaruhkan nyawa.

Ketika seseorang mulai menjawab panggilanMu untuk lebih memerhatikan hal-hal rohaniah, ia menikmati kesenangan - seperti St. Petrus ketika menapakkan kakinya berjalan di atas air. Engkau memenuhi kepuasan inderawinya dengan aneka rahmat karunia yang memuaskan jiwa.

Namun, setelah berjalan lebih jauh, semakin dekat kepadaMu, Engkau malah membiarkan orang yang berkembang kerohaniannya untuk berani berjalan sendiri di tengah gelombang badai dunia. Hiburan dan kenikmatan inderawi berkurang, bahkan tak dirasakan sama sekali. Satu hal yang menjadi pegangan dalam keadaan seperti ini adalah iman.

Dengan iman, orang yang berkembang kerohaniannya dapat menyangkal diri dan memikul salibnya, sambil terus mengarahkan pandangannya kepadaMu. Pengalaman St. Petrus di atas memperlihatkan pengalaman yang sering dialami manusia dalam pencariannya akan Tuhan: kehilangan iman, ketika semakin dekat dengan Tuhan. Tidak siap dilepas untuk berjalan sendiri dalam kegelapan dunia sekitar dengan hanya mengandalkan iman.

Dalam kondisi yang menggoncangkan seperti itu, kita kerap berseru memohon pertolongan Tuhan. Padahal, Tuhan sudah dekat di depan mata. Maka, tak heran jika Tuhan akan mengatakan yang sama kepada kita: "Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?" 

Ketika nyawa bukan lagi menjadi segalanya yang patut dipertahankan, berani berjalan dalam kekeringan hiburan rohani dengan berpegang pada iman semata; menjadi tanda semakin dekat denganMu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar