Perayaan Natal yang penuh kegembiraan telah berlalu, kita sekarang memasuki masa "biasa" dalam Liturgi Gereja. Melalui bacaan harian Kitab Suci kita diajak untuk taat meski menderita. Santo Paulus menekankan agar kita meneladan Kristus yang selalu taat kepada BapaNya, meski harus melewati jalan salib yang penuh kesengsaraan.
Pernyataan iman Bunda Maria saat mengatakan, "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu," mengandung makna yang sama: taat meski harus mengalami bertubi-tubi penderitaan sepanjang hidupnya bersama Sang Putra.
Selain dari Kristus - tokoh sentral untuk taat dalam penderitaan dan Bunda Maria; kita pun dapat belajar dari pengalaman Ayub dalam Perjanjan Lama, serta pencobaan dan penderitaan yang dialami para kudus sampai mereka meraih mahkota kehidupan abadi.
Jika kita berkata, "Jadilah kehendakMu," dalam doa Bapa Kami yang kita
daraskan, maka kita pun sebenarnya telah menyatakan kesiapan kita untuk
selalu taat pada kehendak Bapa, meski harus memanggul salib kehidupan
sehari-hari.
Ketaatan dalam penderitaan adalah syarat mutlak dan utama mengikut
Kristus. Dan buah dari ketaatan dalam penderitaan adalah kebahagiaan kekal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar