Kamis, 15 September 2016

Ketaatan Mendatangkan Penderitaan?

Ketaatan Bunda Maria sejak menyatakan kesediaannya untuk menerima kehendak Tuhan, tidaklah membuat hidupnya senang. Bertubi-tubi duka menghampirinya. Nabi Simeon menubuatkan pedang akan menusuk hatinya - mulai dari kelahiran Putra Manusia hingga wafatNya di kayu salib.

Ketaatan Kristus kepada kehendak BapaNya, juga tidak membuat hidupNya di dunia ini nyaman. Orang banyak kerap memburuNya, para ahli Taurat dan orang Farisi mencari celah untuk menjatuhkanNya, murid-muridNya tak kunjung memahami maksudNya - hingga berujung pada kematian tragis di kayu salib. 

Ketaatan di mata dunia memang tampaknya mendatangkan penderitaan. Tetapi tidak demikian di hadapan  Tuhan. Lewat ketaatan manusia diuji imannya, ketahanannya, kesetiaannya.

Penderitaan yang muncul karena ketaatan hanyalah penderitaan sementara - selama hidup di dunia, itu pun tidak seluruh hidup dipenuhi dengan penderitaan. Bukankah Bunda Maria masih bisa tertawa ketika mengasuh Kanak-Kanak Yesus? Bukankah Yesus masih bisa bergembira ketika menyusuri ladang gandum dengan murid-muridNya?

Ketaatan pada kehendak Tuhan sepatutnya menjadi satu-satunya keinginan manusia di dunia ini, seperti dicontohkan Tuhan Yesus dan Bunda Maria selama hidup di dunia.

Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan (Wahyu 2:10).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar