Kamis, 15 Mei 2014

Pengkhianat

Salah satu tokoh yang muncul setiap kali kita memperingati peristiwa sengsara dan wafat Kristus adalah Yudas Iskariot. Ia telah mengikuti Sang Guru selama lebih dari tiga tahun. Pada saat Yesus mengutus para rasul pergi berdua-dua untuk memberitakan Injil, Yudas ikut mewartakan Kabar Gembira, menyembuhkan orang sakit, dan mengusir setan. Dalam perjamuan terakhir, Yudas pun masih dibasuh kakinya oleh Yesus.

Namun, rupanya kedekatan dengan Yesus dan karunia-karunia yang diperoleh Yudas sebagai rasul, tak cukup mampu mengalahkan apalagi memadamkan kejahatan yang ada dalam dirinya. Iblis berhasil membisiki Yudas untuk mengkhianati Sang Guru, justru pada saat mereka sedang makan bersama (lihat Yohanes 13:2).

Pengkhianat Kristus tetap ada dalam aneka wujudnya sampai sekarang. Paus Emeritus Benediktus XVI dalam pesan di Vatikan pada 26 Agustus 2012 menegaskan, umat Katolik yang tidak setuju dengan ajaran Katolik atau tidak percaya kepada Yesus Kristus, hendaknya meninggalkan Gereja ketimbang menjadi pengkhianat seperti Yudas. Yudas tetap bersama Yesus bukan karena iman atau cinta, melainkan dengan maksud rahasia mengkhianati Gurunya. Kejahatan paling serius dari Yudas adalah kepalsuan. 

Adakah kita tetap bersama Yesus saat ini karena iman dan cinta, atau karena kepalsuan - mengaku pengikut Kristus tetapi punya niat dan rencana terselubung yang menyakiti hatiNya? Atau tetap mengikuti Perayaan Ekaristi setiap minggu, namun berpandangan dan berperilaku yang jauh dari teladanNya? Senantiasa sadar dan pertimbangkan segala pikiran dan tindakan kita, agar tidak menjadi pengkhianat Kristus.     
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar