Dua setengah bulan silam, sejak mengetahui Ibu mengidap sirosis hati stadium akhir, aku selalu berdoa agar di akhir hidup Ibu tidak terlalu menderita kesakitan. Rasanya tidak tega membayangkan beliau harus mengalami muntah darah karena pendarahan di lambung dan usus.
Engkau mengabulkan permohonanku, ya Tuhan. Ibu dibawa ke rumah sakit bukan karena keluhan serius, hanya tidak mau makan seharian. Tetapi, siapa sangka, begitu dimasukkan ke ruang perawatan ICU, kondisi Ibu memburuk. Dalam kurun 12 jam, beliau kembali ke pangkuanMu.
Aku kembali bertanya kepadaMu, mengapa Ibu pergi sangat mendadak? Seperti mimpi, aku berada di antara kenyataan dan kenangan. Engkau menjelaskan kepadaku, begitulah caranya jika aku tidak mau melihat Ibu banyak menderita di akhir hidup beliau.
Kepergian mendadak memang menyisakan duka dan tanya bagi orang-orang yang ditinggalkan, namun segera membebaskan orang yang sakit itu dari penderitaan. Pilihannya hanya salah satu dari dua ini: mendadak atau menderita? Ayah seorang teman menderita kanker hati. Dua bulan terakhir kondisi sang ayah memburuk dan terus berada di rumah sakit.
Ya, Yesus, aku tidak akan bertanya lagi kepadaMu terkait cara dan waktu Engkau memanggil Ibuku pulang. Engkaulah Sang Pemilik Kehidupan. PenyelenggaraanMu tidak pernah salah. Ajarilah aku untuk menerima apa yang Engkau lakukan sebagai bagian dari rencana besarMu yang belum aku ketahui saat ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar