Hari
Senin setelah Hari Raya Pentakosta, Gereja Katolik memperingati Santa Perawan
Maria Bunda Gereja. Sebuah perayaan untuk menghormati Bunda Maria, yang
sebenarnya sudah diakui sejak berabad silam sebagai Bunda Gereja, namun
peringatan ini baru dimasukkan dalam kalender Liturgi Roma oleh Paus Fransiskus
pada 3 Maret 2018.
Peran
Bunda Maria dalam berdirinya Gereja bisa ditelusuri, saat Bunda Maria berdoa di
ruang atas bersama para rasul, setelah Yesus naik ke surga. (lihat Kisah Para
Rasul 1:12-14) Maka, jika Pentakosta dirayakan sebagai hari lahirnya Gereja,
keesokan harinya umat beriman memberi penghormatan kepada Santa Perawan Maria,
yang mendampingi Gereja bukan hanya pada saat awal pembentukannya, melainkan
setia menemani umat beriman kristiani yang berziarah di dunia sampai sekarang.
Alkitab
Perjanjian Baru telah menuliskan peran besar Santa Perawan Maria dalam karya
penebusan umat manusia. Mulai dari kesediaannya menjalani kehendak Tuhan saat
dikunjungi Malaikat Gabriel, sampai pada kesetiaannya menyertai Putra
terkasihnya di bawah salib, berlanjut mendampingi para rasul menanti kedatangan
Roh Kudus.
Penampakan-penampakan
Bunda Maria di Guadalupe, Lourdes, dan Fatima - yang telah diakui Gereja
Katolik, semakin menguatkan jejak-jejak Bunda Maria dalam membantu Yesus
Putranya untuk menyelamatkan jiwa-jiwa, setelah Sang Putra berkurban
habis-habisan sampai wafat di kayu salib demi menebus umat manusia.
Meski
peran Bunda Maria dalam Gereja sudah tampak sedemikian nyata, masih ada orang-orang
kristiani yang waspada supaya tidak kebablasan dalam berdevosi kepada
Bunda Maria. Mengapa takut mendekat kepada Ibu Surgawi?
"Semua
anak sejati Allah memiliki Allah sebagai Bapa mereka dan Maria sebagai Ibu
mereka. Setiap orang yang tidak memiliki Maria sebagai Ibu mereka, tidak
memiliki Allah sebagai Bapa mereka." (St. Louis-Marie de Montfort)
"Jangan
pernah takut terlalu mencintai Perawan Terberkati, karena engkau tidak akan
pernah bisa mencintainya sebesar cinta Yesus kepadanya." (St. Maximilian
Maria Kolbe)
"Bunda
Maria bukan hanya jembatan yang menghubungkan kita dengan Tuhan, ia lebih dari
itu. Ia adalah jalan yang ditempuh Tuhan untuk mencapai kita dan jalan yang
harus kita lalui untuk mencapai-Nya." (Paus Fransiskus)
Semoga
ketiga kutipan tersebut dapat memberi keteguhan kepada kita untuk berani
menjadi anak-anak Bunda Maria, yang tidak takut kebablasan mencintainya
dan berdevosi kepadanya.