".... jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman di bumi?" (Lukas 18:8b)
Pertanyaan Yesus itu patut menjadi bahan utama refleksi kita, saat kita menjalani hari-hari dalam kehidupan kita di dunia ini yang serba diwarnai ketidakpastian, serta rusaknya lingkungan bumi dan hilangnya kebajikan umat manusia. Di tengah situasi tersebut, adakah kita sering atau bahkan selalu merasa khawatir dan takut?
Kekhawatiran dan ketakutan dapat menyebabkan kita mengambil langkah yang keliru. Contohnya, Pilatus khawatir mendapat citra buruk di mata masyarakat jika ia memihak Yesus, ditambah lagi ia bakal dianggap bukan sahabat kaisar, maka Pilatus takut membebaskan Yesus. Petrus khawatir ditangkap dan dihukum seperti Yesus, maka Petrus takut mengakui dirinya murid Yesus dan memilih menyangkal Yesus.
Kekhawatiran dan ketakutan yang menggunung merupakan bukti nyata menguapnya iman. Ketika taufan sangat dahsyat mengamuk dan ombak menyembur masuk ke dalam perahu, para murid membangunkan Yesus yang sedang tidur di buritan. "Guru, Engkau tidak peduli kalau kita binasa?" Setelah menghardik angin itu dan danau menjadi teduh sekali, Yesus berkata kepada murid-muridNya, "Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?" (Lihat Markus 4:35-40)
Di atas segala yang terjadi dalam kehidupan kita, janganlah sampai iman kita menyurut. Tidakkah Yesus akan sangat berduka, jika pada saat Ia datang kembali, Ia tidak lagi mendapati iman di bumi?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar