Di dalam Alkitab Perjanjian Lama ada dua orang yang tubuh dan jiwanya diangkat ke Surga, yaitu Henokh dan nabi Elia. Henokh adalah anak dari Kain. Dalam hidupnya ia bergaul dengan Allah, memiliki relasi dekat dengan Allah, sehingga suatu saat ia tidak ada lagi karena telah diangkat oleh Allah. (lihat Kejadian 5:24) Nabi Elia diangkat ke Surga dengan kereta berapi dan kuda berapi dalam angin badai. (lihat 2 Raja-Raja 2:11) Kedua orang itu diangkat Allah ke Surga, berbeda dengan Tuhan Yesus yang naik ke Surga bukan diangkat, melainkan dengan kekuatanNya sendiri.
Selama berabad-abad umat Katolik meyakini Bunda Maria diangkat tubuh dan jiwanya ke Surga, karena peran pentingnya dalam kehidupan Yesus. Pada 1 November 1950 Paus Pius X mengeluarkan dogma yang mengukuhkan tentang pengangkatan tubuh dan jiwa Bunda Maria ke Surga.
Jika Henokh dan nabi Elia yang bergaul akrab dengan Allah mendapat hak istimewa diangkat tubuh dan jiwa mereka ke Surga, terlebih lagi Maria. Sejak masih kanak-kanak, Maria telah bergaul akrab dengan Allah. Magnificat atau Kidung Maria dalam Lukas 1:46-55 yang secara spontan terlontar dari mulut Maria menjadi tanda kedekatan Maria dengan Allah.
Kesediaan Maria untuk taat penuh pada kehendak Allah merupakan bukti iman Maria yang mendalam kepada Tuhannya. Maria selalu setia mendampingi Putranya, Yesus, sejak saat Ia lahir ke dunia sampai wafat di kayu salib. Setelah Yesus naik ke Surga, Maria masih meneruskan misi yang diterimanya dari Allah, yakni mendampingi para rasul dalam menanti dan menerima Roh Kudus, serta mewartakan Kabar Sukacita.
Bunda Maria diangkat ke Surga -kiranya bukan sekadar dogma, melainkan keyakinan dan kenyataan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar