Ketika kita menderita suatu penyakit atau mengalami kecelakaan yang
menyebabkan kita sakit, bagaimana kita menyikapi penderitaan fisik itu?
Ada orang-orang menjadi sakit
oleh sebab kelakuan mereka yang berdosa, dan disiksa oleh sebab
kesalahan-kesalahan mereka; mereka muak terhadap segala makanan dan mereka
sudah sampai pada pintu gerbang maut. Maka berseru-serulah mereka kepada Tuhan
dalam kesesakan mereka, dan diselamatkanNya mereka dari kecemasan mereka,
disampaikanNya firmanNya dan disembuhkanNya mereka, diluputkanNya mereka dari
liang kubur. (Mazmur 107:17-20)
Seperti dikatakan dalam Mazmur di atas, mungkin saja akibat dosa-dosa
kita – termasuk kelalaian kita menjaga kesehatan tubuh yang telah dianugerahkan
Tuhan kepada kita – membuat kita menjadi sakit. Tetapi janganlah kita kemudian
memandang sakit itu sebagai kutukan Tuhan, melainkan suatu karunia.
Tuhan mempunyai maksud dengan meletakkan penyakit atau rasa sakit pada
tubuh kita. Pada saat kita mengalaminya, sering kali kita belum memahami makna
di balik penderitaan sakit. Namun, kalau kita bisa mengambil jarak, mengatasi kemarahan,
kekecewaan, dan kesedihan yang kita rasakan; maka kita akan memperoleh pemahaman
yang lebih mendalam.
Simaklah pengalaman beberapa orang suci ini. Sebelum menyerahkan diri secara total kepada Kristus dan melayani
Kristus sepenuh jiwa-raga, mereka mengalami proses pemurnian jiwa
melalui sakit – baik sakit yang diderita karena suatu penyakit yang jelas atau
tak jelas penyebabnya, maupun sakit karena terluka dalam peperangan.
Santo Fransiskus Assisi menderita sakit berkepanjangan di tahun 1204,
setelah itu ia mendapat penglihatan yang menjadi awal pertobatannya. Kedua kaki
Santo Ignatius dari Loyola diterjang peluru saat melawan tentara Perancis.
Kesakitan dan sekarat, akhirnya ia dapat melewati masa kritis. Pada masa
perawatan itu ia membaca buku riwayat hidup Kristus yang menghantarnya pada
pengenalan dan cinta akan Kristus.
Santa Teresa Avila setelah menjalani kehidupan di biara selama dua
tahun, mengalami sakit berat hingga koma selama empat hari. Setelah sadar, ia
menderita lumpuh selama delapan bulan dan sembuh melalui doa kepada Santo
Yoseph.
Dalam buku Puri Batin tentang pertumbuhan kehidupan rohani, Santa Teresa Avila menguraikan adanya tujuh ruang dalam batin manusia. Pada ruang batin yang keenam, jiwa mengalami kerinduan sangat dalam akan Allah. Kerinduan itu bisa mengakibatkan penderitaan yang besar. Namun, untuk dapat bersatu dengan Allah, di satu sisi jiwa harus mengalami pemurnian, meskipun di sisi lain memperoleh berkat-berkat luar biasa.
Dalam buku Puri Batin tentang pertumbuhan kehidupan rohani, Santa Teresa Avila menguraikan adanya tujuh ruang dalam batin manusia. Pada ruang batin yang keenam, jiwa mengalami kerinduan sangat dalam akan Allah. Kerinduan itu bisa mengakibatkan penderitaan yang besar. Namun, untuk dapat bersatu dengan Allah, di satu sisi jiwa harus mengalami pemurnian, meskipun di sisi lain memperoleh berkat-berkat luar biasa.
Menurut Santa Teresa Avila, pencobaan-pencobaan yang dialami jiwa di
saat pemurnian bisa bersifat lahiriah semata seperti penyakit jasmani,
ditinggalkan sahabat-sahabat, salah mengerti, penganiayaan, kesulitan dengan
bapa pengakuan, namun dapat juga berupa pencobaan-pencobaan batin. Penderitaan
itu perlu untuk memurnikan jiwa dan mempersiapkan jiwa untuk persatuan dengan
Sang Mempelai dalam ruang batin yang ketujuh.
Kalau saat ini Anda sedang menjalani masa perawatan atau pemulihan
suatu penyakit atau sakit akibat kecelakaan, pandanglah penderitaan itu sebagai
suatu karunia. Suatu cara yang digunakan Tuhan untuk memurnikan jiwa Anda.
Tuhan sangat mengasihi Anda, Ia ingin menyatu dengan Anda. Bukalah hati Anda,
biarkan Ia masuk dan tinggal di dalamnya.
Melalui penderitaan fisik yang kita alami, Tuhan menebus kita secara
pribadi. Kita disapa Tuhan secara personal, bukan massal. Rasa
sakit yang kita panggul akan terasa manis sebagai persembahan kasih untuk Tuhan
yang telah menyelamatkan kita. Katakanlah dengan penuh cinta
kepadaNya: Dimuliakankah Engkau, ya Tuhan Yesus, dalam sehat dan sakitku.
Selanjutnya, nantikanlah dengan sabar tugas perutusan yang akan diberikanNya..
Dialah yang menyelamatkan kita
dan memanggil kita dengan panggilan kudus, bukan berdasarkan perbuatan kita,
melainkan berdasarkan maksud dan kasih karuniaNya sendiri, yang telah
dikaruniakan kepada kita dalam Kristus Yesus sebelum permulaan zaman. (2
Timotius 1:9)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar