Kamis, 17 April 2025

Kamis Putih 16 Tahun Silam

Pagi itu aku bekerja di depan komputer di rumah, seketika melintas dalam batinku lagu As the Deer. Aku hanya satu-dua kali pernah mendengarnya. Bukan lagu favoritku. Tetapi saat itu aku begitu ingin mendengarkannya. Berulang kuputar lagu yang dilantunkan Don Moen tersebut.

Air mataku mengalir. Ah, Tuhan mengapa kita begitu berjarak? Hanya sedikit menyisakan waktu untuk menemui-Mu lewat doa-doa. Kehampaan melanda hatiku, aku harus berubah.

Riwayat hidup Santo Fransiskus Assisi menjadi acuan pertama pertobatanku. Anak saudagar kain yang menampik segala kenikmatan dunia untuk mengikuti Yesus dalam kemiskinan. Kemudian aku mengenal Santo Yohanes dari Salib lewat karyanya Nyala Api Cinta yang Hidup. Menyusul Santa Teresa Avila dengan Puri Batin-nya. 

Aku berusaha mengenal dan mendekati Tuhan dengan belajar dari ajaran dan pengalaman para kudus. Melalui salah satu surat Santo Pio dari Pietrelcina kepada pembimbing rohaninya, aku tergerak mendekati meja Perjamuan Kudus setiap pagi. Saat dilanda keputusasaan dan hampir menyerah, Santo Yohanes Paulus II meneguhkanku dalam mimpi.

Kamis Putih 9 April 2009 menjadi titik balik hidup kerohanianku. Peziarahan spiritualku terus berproses, sampai aku disapa Bunda Surgawi dalam suatu kesempatan di bulan Juni 2016.

Aku ingin dekat dengan Bunda Kristus, maka aku bergabung sebagai pendoa di komunitas Legio Maria. Dalam doa Tessera – doa harian wajib legioner, aku menemukan nama orang kudus yang asing: Santo Louis-Marie de Montfort. Aku tergugah menelaah riwayat hidup dan tulisan-tulisannya.

Kerinduanku untuk mengenal dan mencintai Bunda Surgawi terpenuhi lewat buku Bakti yang Sejati kepada Maria mahakarya Santo Louis-Marie de Montfort. Menjadi hamba Yesus melalui Bunda Maria – mengabdi Tuhan dengan bimbingan Ibunda-Nya.

Betapa indah dan membahagiakan. Langkah terasa ringan. Bersama Bunda Maria berada di jalan yang mudah, singkat, sempurna, dan aman untuk mencapai Yesus Putranya. Aku sangat percaya, seorang Ibu akan selalu memberi yang terbaik bagi anaknya.

Syukur kepada Allah Tritunggal dan Bunda Maria untuk segala proses peziarahan spiritualku sejak 16 tahun silam. Sebuah proses, tentu akan terus berlangsung sampai tiba di tujuan akhir. Aku akan menekuninya.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar