Minggu, 09 November 2025

Semua akan Pulang

Aku mengenalnya di awal ia merintis karier. Kami bekerja di kantor yang sama. Seorang yang bersemangat tinggi, dengan pemikiran kritis dan lontaran kata-kata tegas. Sebagai pendatang dari perantauan, prestasi kerja dan peningkatan karier menjadi cita-cita dan impian yang ingin diraihnya.

Lalu, kami berpisah jalan lantaran fokus yang berbeda. Beberapa kali aku masih menemukan jejak keberadaannya di ruang-ruang publik. Kariernya memang terus menanjak, sesuai harapannya.

Dua puluh lima tahun berlalu. Terkejut aku menerima berita kematiannya. Lebih terkejut lagi ketika aku menghadiri misa requiem-nya. Imam yang mempersembahkan Perayaan Ekaristi menceritakan betapa temanku ini sangat berdedikasi bagi Gereja dengan memberikan pelayanan sepenuh hati.

Melintas dalam bayanganku, betapa kontras pilihan hidupnya seperempat abad lalu dengan yang dijalaninya beberapa tahun terakhir. Orang dapat berubah, asalkan terbuka pada rencana dan kehendak Tuhan.

Dari pengalaman hidup teman itu, dapat dipetik hikmah: meski manusia berjarak dengan Sang Pencipta, pada akhirnya dengan berbagai cara, Tuhan akan memanggil anak-anak-Nya kembali mendekat kepada-Nya. Semua akan pulang, menuju kehidupan kekal.

Sabtu, 08 November 2025

Mangga Berkulit Hijau

Aku ragu mengupasnya. Mangga harum manis berkulit hijau pasti masih asam. Aku lebih cenderung membuka mangga berkulit kekuningan. Tetapi suara hatiku terus mendesakku untuk lebih dulu mengupas mangga yang berkulit hijau. 

Aku ikuti suara hati. Tak disangka, mangga berkulit hijau itu buahnya lebih manis daripada mangga berkulit kekuningan yang aku kupas belakangan.  

Dalam keseharian kita, sering kali logika lebih memimpin kita dalam bertindak, ketimbang suara hati. Pengalaman ketika mengupas mangga, membawa refleksi tersendiri. Ternyata, yang dipikirkan manusia berbeda dengan yang diberikan Tuhan. Pilihannya ada pada kita. Satu hal patut diingat selalu: bagi Tuhan tidak ada yang mustahil. Mangga berkulit hijau pun bisa manis isinya.

Jumat, 24 Oktober 2025

Usai Peziarahan

Suatu perjalanan, pasti ada awal dan akhir. Setelah 14 hari dalam peziarahan, tibalah saat kembali ke tanah air. Orang bisa beranggapan, selesai berziarah berarti usai pula liburannya. Ada pula yang menanyakan: apakah jalan-jalan ini membawa kesenangan?

Syukur sebesar-besarnya kepada Allah Tritunggal dan Bunda Maria yang telah melimpahkan rahmat besar, sehingga kami dapat mengikuti peziarahan. Sesuatu yang belum terbayangkan, ketika memasuki tahun 2025.

Perjalanan ziarah rohani berbeda dengan liburan atau pesiar. Yang dikunjungi adalah tempat-tempat suci yang penuh makna historis dan religius, bukan destinasi-destinasi wisata yang hanya sedap dipandang mata tanpa kedalaman.

Perjalanan ziarah rohani perlu dihayati dengan saksama, sehingga dalam jangka waktu panjang membawa pembaruan kehidupan rohani bagi sang peziarah. Semoga demikian!

Rabu, 22 Oktober 2025

Mencari Makna Pertemuan Sekejap

Lautan manusia memadati lapangan Basilika Santo Petrus. Tepat di hari peringatan Santo Paus Yohanes Paulus II tanggal 22 Oktober, kami akan beraudiensi dengan Bapa Suci Paus Leo XIV. 

Kami berangkat dari hotel jam 6 pagi, mengantre bersama ribuan peziarah lain bak ular meliuk di luar tembok Vatikan. Gerbang masuk ke lapangan Basilika Santo Petrus baru dibuka jam 8 pagi, sementara Bapa Suci akan mengelilingi jalur-jalur di lapangan Basilika dengan mobil terbuka jam 10 pagi.

Harap-harap cemas seluruh peziarah menanti. Akankah Paus Leo XIV melewati jalan yang ada di depan kami? Ataukah beliau malah akan mengitari jalan lain di lapangan yang sama? 

Seorang bayi laki-laki yang menunggu berkat Bapa Suci dalam jarak sekitar satu meter dari tempat kami berdiri, menjadi 'penyelamat.' Karena bayi inilah kendaraan Paus Leo XIV berhenti dan memberikan berkat. Beliau kemudian melambai-lambaikan tangan dan memberkati umat. Mobil bergerak lagi.

Pertemuan sangat singkat, mungkin kurang dari satu menit; dalam jarak lurus sekitar dua setengah meter. Tanpa tatap mata pribadi, apalagi bersalaman. Rasanya tak sebanding dengan pengorbanan berjam-jam mengantre dan menanti. 

Sampai sekarang aku masih mencari makna pertemuan sekejap ini. Tetap bersyukur atas rahmat Tuhan yang luar biasa - dapat menatap langsung Bapa Suci dari jarak cukup dekat dan mendapatkan berkat secara umum dari beliau, serta menyaksikan ribuan peziarah dalam kesatuan iman.

Sepertinya dari atas sana, Santo Paus Yohanes Paulus II tersenyum memandang ke lapangan Basilika Santo Petrus, seraya berujar: "Anakku, aku senang engkau datang ke sini."

Senin, 20 Oktober 2025

Di Mana Fokusnya?

Ziarah rohani bukan tanpa kendala dan rintangan. Kalau semua berjalan mulus dan happy-happy saja, di manakah nilai refleksi dan kerohaniannya?

Dalam 15 hari peziarahan ini, aku pun mengalami batu sandungan yang membuat hati kurang bersuka cita. Sempat aku tenggelam sejenak, menarik diri dan memilih diam. Ada pula pangalaman yang menimbulkan rasa takut. Aku berseru-seru kepada Bunda Surgawi dan Yesus Putranya, agar segera menarikku dari ketakutan yang mendera.

Suatu pagi, ketika mengikuti Perayaan Ekaristi, dalam hati muncul pertanyaan: di mana aku memfokuskan perhatianku? Kalau aku terus berkutat pada kejadian dan pengalaman yang tidak menyenangkan dan menakutkan, aku tidak akan menikmati peziarahan ini. Segalanya akan tampak bermasalah dan tidak menyenangkan.  

Ganti fokusnya! Arahkan ke hal-hal batiniah yang rohaniah. Jangan biarkan kerikil-kerikil yang terhampar di perjalanan menghambat langkah, maka kita dapat memetik buah-buah spiritualnya.

Selasa, 14 Oktober 2025

Kamar Mandi di Hotel

Beberapa bangunan hotel tempat kami menginap pada saat ziarah rohani di Eropa, tampak tua, interior kamarnya pun bernuansa kuno. Meski demikian, kamar mandinya tampil modern dengan keramik putih, shower dan wastafel yang bersih. 

Bisa dikatakan, kamar mandi merupakan inti atau jantung dari kamar tidur di hotel. Ruangan ini selalu menjadi perhatian utama pemilik hotel, sehingga selalu diberi perhatian khusus dan diperbarui secara berkala; agar para tamu betah menginap.

Hati kita merupakan inti atau bagian terpenting dari diri kita. Apakah kita menaruh perhatian besar terhadap hati, seperti pemilik hotel yang mengutamakan tampilan kamar mandi di setiap kamar hotelnya?

"Jagalah dirimu, supaya hatimu jangan sarat oleh pesta pora dan kemabukan, serta kepentingan-kepentingan duniawi dan supaya hari Tuhan jangan dengan tiba-tiba jatuh ke atas dirimu seperti suatu jerat." (Lukas 21:34)

Minggu, 12 Oktober 2025

Fatima

Tempat ziarah rohani pertama yang kami kunjungi setiba di Eropa adalah Fatima, Portugal. Fatima menyimpan banyak pesan, misteri, dan mukjizat terkait Santa Perawan Maria. 

* Di tempat inilah pada penampakan terakhir (ke-6) tanggal 13 Oktober 1917, Bunda Maria memperlihatkan keagungannya kepada tiga anak gembala - Lusia, Fransisko, dan Yasinta - serta 70.000 orang yang memenuhi Cova da Iria.

Dalam jarak jauh di samping matahari, ketiga anak gembala melihat Santo Yusuf dengan Kanak-Kanak Yesus dan Santa Perawan Maria. Penampakan itu kemudian lenyap, berganti dengan penampakan Tuhan Yesus dan Santa Perawan Maria. Setelah penampakan kedua lenyap, tampak Santa Perawan Maria dari Gunung Karmel.

* Pada enam kali penampakan di Fatima, Bunda Maria menyampaikan pesan yang utama yang sama, agar kita berdoa Rosario setiap hari. Di penampakan ke-3 tanggal 13 Juli 1917, Bunda Maria mengajarkan doa singkat yang sekarang kita daraskan di akhir setiap peristiwa dalam doa Rosario:

"Ya Yesus yang baik, ampunilah dosa-dosa kami, selamatkanlah kami dari api neraka dan hantarkanlah jiwa-jiwa ke dalam surga, terutama mereka yang sangat membutuhkan Kerahiman-Mu." 

* Satu hal yang menarik, ketika ketiga anak gembala ditahan oleh otoritas setempat pada 13 Agustus 1917, supaya tidak terjadi pertemuan dengan Bunda Maria; enam hari berselang, ketika anak-anak itu tidak berani mendekat ke Cova da Iria, hanya menggembala di tempat yang agak jauh, Bunda Maria tetap menemui mereka pada 19 Agustus 1917.

Di area yang bernama Valinhos, ada monumen dengan ikon Bunda Maria - menandai tempat penampakannya di sana. Penampakan Bunda Maria di Valinhos membuktikan kesetiaan Bunda Maria pada janji yang diucapkannya kepada tiga anak gembala, bahwa Ia akan menemui mereka setiap tanggal 13 dalam bulan. 

* Fatima menjadi sumber inspirasi bagi St. Maximilian Maria Kolbe ketika ia mendirikan komunitas Militia Immaculata atau Tentara Imakulata tahun1917. Father Stefano Gobbi juga memperoleh lokusi batin dari Bunda Maria, ketika ia berdoa di Fatima. Imam asal Italia ini lalu mendirikan Gerakan Imam Maria yang memelopori doa Senakel tahun 1973.

Sampai sekarang, Fatima menjadi tempat ziarah umat Katolik yang selalu ramai dikunjungi, untuk menunjukkan hormat dan bakti kita kepada Santa Perawan Maria.

Fatima, aku menanti mukjizatmu di zaman ini.