Sering terlontar ujaran mereka yang enggan mengikuti Perayaan Ekaristi di gereja: "Untuk apa ke gereja? Seperti orang munafik. Pura-pura saleh, padahal kelakuan masih buruk!"
Sebenarnya, untuk apa ada gereja dan untuk siapa?
Paus Fransiskus memandang gereja sebagai "rumah sakit lapangan" atau "rumah sakit darurat." Gereja sepatutnya menjadi tempat di mana orang-orang yang terluka secara fisik maupun rohani, dapat menemukan dukungan, pemulihan, dan penyembuhan.
Berdasarkan sudut pandang Paus Fransiskus tersebut, gereja diharapkan menjadi tempat bagi orang-orang yang datang ke sana untuk dapat berjumpa dengan Kristus yang menghibur, menyembuhkan, dan mengubah.
Gedung gereja tak bermakna apa-apa, tanpa umat beriman kristiani yang adalah Gereja. Orang-orang yang terluka akibat 'perang' ini perlu disambut dan ditangani dengan kasih, seperti yang diajarkan Kristus.
Sebagai Gereja, umat beriman kristiani yang telah mengalami Kasih Kristus; diharapkan dapat menolong orang-orang terluka yang datang ke gereja, agar mereka dapat pula mengalami Kasih Kristus dalam hidup mereka.
Meski demikian, tak ada manusia yang sempurna. Sebagai umat beriman kristiani kita berupaya meneladan Kristus, meski masih ada kelemahan-kelemahan manusiawi yang melekat dalam diri kita. Maka, kita tetap perlu datang ke "rumah sakit darurat" secara rutin untuk mendapatkan sentuhan Kasih Kristus yang meneguhkan.
Karena itu, keliru jika ada anggapan yang mengatakan orang-orang yang ke gereja adalah orang-orang munafik yang sok suci. Justru mereka adalah orang-orang yang terluka, sakit, dan membutuhkan kerahiman Tuhan. Baik yang sedang mencari kesembuhan, maupun yang sudah lebih baik tetapi belum sembuh sepenuhnya, semua merasa perlu ke gereja untuk menjumpai Kristus - Sang Penyembuh Sejati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar